Naskah drama untuk 5 orang tentang persahabatan
Suasana pagi cerah di SMPN Pelita Harapan Jakarta mengiringi sebuah kisah keempat sekawan dengan karakter yang berbeda-beda. Namun perbedaan tersebut tidak menjadikan mereka berempat berselisih, tetapi menjadikan mereka mascot dalam persahabatan yang sejati. KARA, MIMI, IGO, dan AFIKA, itulah nama mereka. Mereka selalu kompak dan tampak ceria setiap hari. Jadi tidak heran jika mereka memiliki ribuan teman. Ke epat sekawan tersebut berbincang-bincang sambil berjalan di koridor sekolah.
IGO : “Hey sob, sebentar lagi kita UAN nich, pastinya waktu untuk kumpul-kumpul kita akan tersita buat belajar. Gimana nich?”
MIMI : “Iya bener juga Zha, jadwal kita bakalan jungkir balik gara-gara persiapan UAN. Jadwal shopping, ke salon, creambath, manypadhy, dan pastinya jadwal kencan bareng bakalan ancur. Aduch, bisa-bisa rambut aku rontok nich.”
KARA : “Gak segitunya kalik, tergantung kita juga. Jika kita rajin menabung ilmu, maka kita tidak akan sibuk belajar.”
MIMI : “Ah kamu ini Cha, mentang-mentang anak pintar jadinya sok ceramah. Huh nyebelin.”
IGO : “Sudah-sudah jangan berdebat, apa yang di omongin KARA itu ada benarnya juga. Coba dech kalian bayangin, jika kita rajin belajar kita tidak perlu sibuk-sibuk mikirin UAN, itung-itung siap senjata dulu sebelum perang. Enjoy aja lagi, bener gak?”
MIMI : “Iya-iya Bu guru. Belum masuk kelas aja sudah dapat ceramah dari Ibu KARA dan Ibu IGO, capek dech.”
AFIKA : “Ha…ha…ha…MIMI MIMI dari dulu penyakit marah kamu gak sembuh-sembuh yach.”
(Dengan nada ngeledek)
KARA : “Maklumlah dia itukan The Queen of Angry in the World.”
IGO : “KARA ini sukanya kok ngledekin aku terus. Kalau ngefans sama aku bilang aja dech.”
KARA : “Ih, gak banget dech.”
Bel masuk kelas berbunyi, merekapun masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Waktu cepat berlalu, tak terasa sudah saatnya pulang sekolah.
MIMI : “Guys, mau ke mana nich? Kalian mau langsung pulang atau mau shopping dulu?”
AFIKA : “Maybe, I go home now because I’m tired. Seharian ulangan terus.”
KARA : “Iya sama. Aku juga mau langsung pulang banyak tugas yang harus di kerjakan plus jadwal les aku yang numpuk banget. Maklumlah, aku itukan orang sibuk.”
(Seraya tertawa)
IGO : “Aduch, jadi anak kelas tiga capek banget ya. Dikit-dikit tugas, dikit-dikit ulangan pusing.”
KARA : “Namanya juga sekolah.”
Hari demi hari berganti, namun ada keganjilan dari sikap KARA, sehingga terjadi perselisihan di antara mereka.
MIMI : “Cha, akhir-akhir ini kamu kok sibuk banget yach? Sampai-sampai sahabat sendiri di lupain.”
KARA : “Sorry dech. Akhir-akhir ini aku sibuk ngerjain tugas, les, and belajar buat persiapan UAN nanti.”
IGO : “Yakin kamu nggak bohong sama kita?”
KARA : “Emh, beneran kok. Masak sich kalian nggak percaya sama sahabat sendiri.”
MIMI : “Bukan gitu, akhir-akhir ini kita liat kamu pulang lebih awal, kalau kita ajak kumpul-kumpul, kamu ada aja alasan inilah, itulah, HP kamu juga tidak pernah aktif.”
AFIKA : “Iya, juju raja lagi.”
KARA : “Nggak ada apa-apa kok guys. Sudah jangan di bahas. Nggak ada topik lain yach?”
(Mulai menitikan air mata)
IGO : “Kamu kenapa sich Cha? Cerita dong sama kita.”
MIMI : “Ayo dong Cha cerita sama kita.”
KARA : “Aku nggak kenapa-kenapa kok guys. Kenapa sich kalian nggak percaya?”
AFIKA : “Ugh tau wes. Kamu sudah nggak nganggep kita sahabat lagi.”
KARA : “Iya dech aku cerita.”
AFIKA : “Nah gitu dong. Dari tadi kenapa ceritanya.”
Ternyata KARA ada masalah dengan orang tuanya, dan masalah itu membuat KARA tidak semangat untuk belajar. Saat pulang sekolah IGO, MIMI, dan AFIKA berkumpul di rumah AFIKA.
MIMI : “Guys aku kasian nich sama KARA, dia les uterus.”
(Dengan wajah memelas)
AFIKA : “Emang kamu punya rasa kasian?”
(Dengan nada meledek)
IGO : “Sudahlah nggak usah berantem terus. Tau nggak, kalian itu seperti kucing dan tikus, rebut melulu.”
AFIKA : “Iya aku tau, sorry dech.”
IGO : “Gimana kalau kita tanya ke orang tuanya KARA aja? Jadi kita tau apa yang sebenarnya terjadi antara KARA dengan orang tuanya.”
Akhirnya mereka bertiga datang ke rumah KARA, dan kebetulan pada saat mereka ke rumah KARA, dia sedang les. Setelah mereka dipersilahkan masuk, mereka berbincang-bincang dengan Ibu KARA. Mereka bertiga menanyakan apa yang terjadi antara KARA dengan orang tuanya. Setelah bercerita panjang lebar, dan mereka telah mengetahui apa penyebabnya, mereka mohon undur diri kepada Ibu KARA.
Keesokan harinya MIMI, IGO, dan AFIKA menghampiri KARA yang sedang duduk termenung di dalam kelas.
AFIKA : “Woi.”
(Seraya mengagetkan KARA)
KARA : “Apa-apaan kalian ini, bikin aku kaget aja!”
IGO : “Kok kamu jadi nyalahin kita Cha? Kamu sich pagi-pagi sudah ngelamun, kena setan sekolah baru tau rasa kamu.”
(KARA, MIMI, AFIKA, dan IGO tertawa bersama)
AFIKA : “Cha, kita sudah tau kenapa akhir-akhir ini sikap kamu jadi aneh.”
KARA : “Kalian bicara apa sich, aku nggak ngerti?”
MIMI : “Ampun dech KARAku sayangku cintaku sahabatku jangan tulalit donk. Sudah jelas kita ini lagi bahas sikap kamu yang berubah 180o.”
IGO : “Bener Cha, kita udah tau semuanya.”
KARA : “Kalian ini ada-ada aja, aku biasa aja kalian malah bilang aku berubah segala. Emang apa yang berubah? Aku tetap KARA yang dulu.”
AFIKA : “Nggak Cha, kaum berubah semenjak kamu punya masalah dengan orang tua kamu.”
KARA : “Emang kalian tau apa tentang masalah aku ini? Kalian itu nggak tau apa-apa!”
(Dengan nada membentak)
AFIKA : “Kamu salah Cha, kita tau semuanya.”
KARA : “Maksudnya kalian tau masalhku dengan orang tuaku?”
(Dengan nada terbata-bata)
MIMI : “Yups betul betul betul.”
KARA : “Tapi gimana kalian bisa?”
AFIKA : “Iya kita tau dong. Kemarin kita bertiga sengaja ke rumah kamu buat tanya masalah ini ke ibu kamu, dan ibu kamu cerita semuanya ke kita.”
KARA : “Napa sich kalian ngelakuin hal ini? Lagian kalian bisa langsung tanya sama aku.”
AFIKA : “Kita ngelakuin hal ini karena kita kasian liat kamu kayak gini Cha?”
IGO : “Kita sudah tanya sama kamu tentang hal ini, tapi kamu cuma bilang ada masalah sama orang tua kamu. Kamu nggak jelasin apa masalah yang sebenarnya. Ya udah kita cari tau aja sendiri.”
MIMI : “Terus kita tanya ke ibu kamu dan kita tau kamu kayak gini karena HP sama fasilitas yang kamu punya di tarik sama ibu kamu kan?”
KARA : “Iya, HP sama fasilitas yang ada buat aku ditarik sama orang tua aku. Karena itu aku nggak semangat belajar, lagian tanpa itu semua rasanya hampa. Untung I-pod aku nggak ikut di sandra.”
(Sambil mengeluarkan I-pod miliknya)
MIMI : “What, I-pod baru Cha! Pinjem dong?”
KARA : “Dasar kamu nggak bisa liat barang bagus sedikit.”
MIMI : “Aduch, please dech Cha, tinggal pinjemin aja apa susahnya sich?”
KARA : “Iya ini aku pinjemin, tapi jangan sampai rusak ya?”
MIMI : “Gitu dong, dri tadi napa? Masak pakai ceramah dulu?”
KARA : “Anak ini udah di pinjemin masih aja nyebelin, dasar Miss Lebay.”
IGO : “Kalian ini kok malah rebut soal I-pod sich? Kalian nggak inget kita seKARAng lagi bahas tentang apa?”
AFIKA : “Lebih baik seKARAng kita kembali ke permaslahan awal. Oke?”
KARA, MIMI, IGO : “Oke dech.”
AFIKA : “Menurut aku sikap orang tua kamu ada benarnya juga Cha. Jadi, kamu nggak perlu jadi pendiam kayak gini. Bawa Enjoy aja Cha.”
KARA : “Emang bener. Tapi, tanpa semua itu aku jadi tambah malas belajar karena bosen nggak ada hiburan. Aku sudah cukup tertekan harus belajar terus menerus. Orang tua aku nggak peduli sama aku lagi, mereka selalu nuntut ini, itu tapi mereka nggak mikir gimana perasaanku. Merek hanya tau keinginan mereka harus terpenuhi, tanpa berfikir kemampuan aku. Mereka egois!”
(Sambil menangis)
IGO : “Sudah hapus aia mata kamu. Lebih baik seKARAng kita cari jalan keluarnya.”
MIMI : “Aha, aku punya ide, aku punya ide, ide ini bagus, ide ini untuk kita.”
KARA, MIMI, AFIKA : “Apa? Dasar Miss Lebay.”
MIMI : “Emh, bagaimana kalau kita batasi pemakaian fasilitas yang ada. Selama inikan setiap hari,
setiap jam, setiap menit and setiap detik kita selalu tergantung sama fasilitas yang ada.”
KARA : “Bener juga kamu Ra. Aku jadi sadar, kalau kita selalu tergantung sama fasilitas yang kita punya, kita bakalan jadi anak manja dan selalu tergantung sama apa yang ada. Emang susah buat kita merubah kebiasaan yang sudah mengakar di dalam diri kita. Tapi, apa kalian bisa ninggalin itu semua? Biar aku aja yang menjalankan ini semua. Aku punya sahabat seperti kalian juga sudah cukup buat aku. tapi aku masih butuh paling tidak HP sich.”
(Mereka tertawa bersama)
MIMI : “Emh, gimana ya?”
AFIKA : “Aku bisa kok. Ra, inikan ide kamu, kok malah kamu yang jadi ragu sich?”
MIMI : “Uh, tadi aku nggak usul enak yach. Tapi, aku bisa kok. Demi sahabat aku tersayang. Tapi sesekali nggak apakan?”
AFIKA : “Ya nggak apalah. Namanya juga masih proses. Tpi jangan terlalu sering yach?”
IGO : “Intinya kita setuju sama usul MIMI tadi. Lagian selayaknya sahabat sejati itu selalu ada buat sahabatnya yang lagi butuh bantuan. Kamu sedih, kita juga ikut sedih Cha. Karena kita merasa ada yang hilang. Kita juga ngerasa nggak enak kalau kita having fun, tapi kamunya malah sedih, susah, campur aduk dech. Lagian kita juga harus konsentrasi sama UAN. Bener nggak?”
KARA : “Bener, kalau gitu terima kasih ya guys.”
MIMI, AFIKA, IGO : “Sama-sama. Kita sayang kamu Cha.”
(Sambil berpelukan)
Akhirnya mereka berempat menyepakati perjanjian yang tadi diusulkan MIMI. Mereka berharap hal ini dapat memberikan hasil yang baik pada UAN nanti.
Hari demi hari mereka lalui penuh suka cita, dan tidak terasa waktu UAN telah tiba. Pada waktu pengumuman hasil UAN, mereka lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan mereka di terima di SMA yang mereka inginkan selama ini. Sampai SMApun mereka tetap bersama.
IGO : “Hey sob, sebentar lagi kita UAN nich, pastinya waktu untuk kumpul-kumpul kita akan tersita buat belajar. Gimana nich?”
MIMI : “Iya bener juga Zha, jadwal kita bakalan jungkir balik gara-gara persiapan UAN. Jadwal shopping, ke salon, creambath, manypadhy, dan pastinya jadwal kencan bareng bakalan ancur. Aduch, bisa-bisa rambut aku rontok nich.”
KARA : “Gak segitunya kalik, tergantung kita juga. Jika kita rajin menabung ilmu, maka kita tidak akan sibuk belajar.”
MIMI : “Ah kamu ini Cha, mentang-mentang anak pintar jadinya sok ceramah. Huh nyebelin.”
IGO : “Sudah-sudah jangan berdebat, apa yang di omongin KARA itu ada benarnya juga. Coba dech kalian bayangin, jika kita rajin belajar kita tidak perlu sibuk-sibuk mikirin UAN, itung-itung siap senjata dulu sebelum perang. Enjoy aja lagi, bener gak?”
MIMI : “Iya-iya Bu guru. Belum masuk kelas aja sudah dapat ceramah dari Ibu KARA dan Ibu IGO, capek dech.”
AFIKA : “Ha…ha…ha…MIMI MIMI dari dulu penyakit marah kamu gak sembuh-sembuh yach.”
(Dengan nada ngeledek)
KARA : “Maklumlah dia itukan The Queen of Angry in the World.”
IGO : “KARA ini sukanya kok ngledekin aku terus. Kalau ngefans sama aku bilang aja dech.”
KARA : “Ih, gak banget dech.”
Bel masuk kelas berbunyi, merekapun masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Waktu cepat berlalu, tak terasa sudah saatnya pulang sekolah.
MIMI : “Guys, mau ke mana nich? Kalian mau langsung pulang atau mau shopping dulu?”
AFIKA : “Maybe, I go home now because I’m tired. Seharian ulangan terus.”
KARA : “Iya sama. Aku juga mau langsung pulang banyak tugas yang harus di kerjakan plus jadwal les aku yang numpuk banget. Maklumlah, aku itukan orang sibuk.”
(Seraya tertawa)
IGO : “Aduch, jadi anak kelas tiga capek banget ya. Dikit-dikit tugas, dikit-dikit ulangan pusing.”
KARA : “Namanya juga sekolah.”
Hari demi hari berganti, namun ada keganjilan dari sikap KARA, sehingga terjadi perselisihan di antara mereka.
MIMI : “Cha, akhir-akhir ini kamu kok sibuk banget yach? Sampai-sampai sahabat sendiri di lupain.”
KARA : “Sorry dech. Akhir-akhir ini aku sibuk ngerjain tugas, les, and belajar buat persiapan UAN nanti.”
IGO : “Yakin kamu nggak bohong sama kita?”
KARA : “Emh, beneran kok. Masak sich kalian nggak percaya sama sahabat sendiri.”
MIMI : “Bukan gitu, akhir-akhir ini kita liat kamu pulang lebih awal, kalau kita ajak kumpul-kumpul, kamu ada aja alasan inilah, itulah, HP kamu juga tidak pernah aktif.”
AFIKA : “Iya, juju raja lagi.”
KARA : “Nggak ada apa-apa kok guys. Sudah jangan di bahas. Nggak ada topik lain yach?”
(Mulai menitikan air mata)
IGO : “Kamu kenapa sich Cha? Cerita dong sama kita.”
MIMI : “Ayo dong Cha cerita sama kita.”
KARA : “Aku nggak kenapa-kenapa kok guys. Kenapa sich kalian nggak percaya?”
AFIKA : “Ugh tau wes. Kamu sudah nggak nganggep kita sahabat lagi.”
KARA : “Iya dech aku cerita.”
AFIKA : “Nah gitu dong. Dari tadi kenapa ceritanya.”
Ternyata KARA ada masalah dengan orang tuanya, dan masalah itu membuat KARA tidak semangat untuk belajar. Saat pulang sekolah IGO, MIMI, dan AFIKA berkumpul di rumah AFIKA.
MIMI : “Guys aku kasian nich sama KARA, dia les uterus.”
(Dengan wajah memelas)
AFIKA : “Emang kamu punya rasa kasian?”
(Dengan nada meledek)
IGO : “Sudahlah nggak usah berantem terus. Tau nggak, kalian itu seperti kucing dan tikus, rebut melulu.”
AFIKA : “Iya aku tau, sorry dech.”
IGO : “Gimana kalau kita tanya ke orang tuanya KARA aja? Jadi kita tau apa yang sebenarnya terjadi antara KARA dengan orang tuanya.”
Akhirnya mereka bertiga datang ke rumah KARA, dan kebetulan pada saat mereka ke rumah KARA, dia sedang les. Setelah mereka dipersilahkan masuk, mereka berbincang-bincang dengan Ibu KARA. Mereka bertiga menanyakan apa yang terjadi antara KARA dengan orang tuanya. Setelah bercerita panjang lebar, dan mereka telah mengetahui apa penyebabnya, mereka mohon undur diri kepada Ibu KARA.
Keesokan harinya MIMI, IGO, dan AFIKA menghampiri KARA yang sedang duduk termenung di dalam kelas.
AFIKA : “Woi.”
(Seraya mengagetkan KARA)
KARA : “Apa-apaan kalian ini, bikin aku kaget aja!”
IGO : “Kok kamu jadi nyalahin kita Cha? Kamu sich pagi-pagi sudah ngelamun, kena setan sekolah baru tau rasa kamu.”
(KARA, MIMI, AFIKA, dan IGO tertawa bersama)
AFIKA : “Cha, kita sudah tau kenapa akhir-akhir ini sikap kamu jadi aneh.”
KARA : “Kalian bicara apa sich, aku nggak ngerti?”
MIMI : “Ampun dech KARAku sayangku cintaku sahabatku jangan tulalit donk. Sudah jelas kita ini lagi bahas sikap kamu yang berubah 180o.”
IGO : “Bener Cha, kita udah tau semuanya.”
KARA : “Kalian ini ada-ada aja, aku biasa aja kalian malah bilang aku berubah segala. Emang apa yang berubah? Aku tetap KARA yang dulu.”
AFIKA : “Nggak Cha, kaum berubah semenjak kamu punya masalah dengan orang tua kamu.”
KARA : “Emang kalian tau apa tentang masalah aku ini? Kalian itu nggak tau apa-apa!”
(Dengan nada membentak)
AFIKA : “Kamu salah Cha, kita tau semuanya.”
KARA : “Maksudnya kalian tau masalhku dengan orang tuaku?”
(Dengan nada terbata-bata)
MIMI : “Yups betul betul betul.”
KARA : “Tapi gimana kalian bisa?”
AFIKA : “Iya kita tau dong. Kemarin kita bertiga sengaja ke rumah kamu buat tanya masalah ini ke ibu kamu, dan ibu kamu cerita semuanya ke kita.”
KARA : “Napa sich kalian ngelakuin hal ini? Lagian kalian bisa langsung tanya sama aku.”
AFIKA : “Kita ngelakuin hal ini karena kita kasian liat kamu kayak gini Cha?”
IGO : “Kita sudah tanya sama kamu tentang hal ini, tapi kamu cuma bilang ada masalah sama orang tua kamu. Kamu nggak jelasin apa masalah yang sebenarnya. Ya udah kita cari tau aja sendiri.”
MIMI : “Terus kita tanya ke ibu kamu dan kita tau kamu kayak gini karena HP sama fasilitas yang kamu punya di tarik sama ibu kamu kan?”
KARA : “Iya, HP sama fasilitas yang ada buat aku ditarik sama orang tua aku. Karena itu aku nggak semangat belajar, lagian tanpa itu semua rasanya hampa. Untung I-pod aku nggak ikut di sandra.”
(Sambil mengeluarkan I-pod miliknya)
MIMI : “What, I-pod baru Cha! Pinjem dong?”
KARA : “Dasar kamu nggak bisa liat barang bagus sedikit.”
MIMI : “Aduch, please dech Cha, tinggal pinjemin aja apa susahnya sich?”
KARA : “Iya ini aku pinjemin, tapi jangan sampai rusak ya?”
MIMI : “Gitu dong, dri tadi napa? Masak pakai ceramah dulu?”
KARA : “Anak ini udah di pinjemin masih aja nyebelin, dasar Miss Lebay.”
IGO : “Kalian ini kok malah rebut soal I-pod sich? Kalian nggak inget kita seKARAng lagi bahas tentang apa?”
AFIKA : “Lebih baik seKARAng kita kembali ke permaslahan awal. Oke?”
KARA, MIMI, IGO : “Oke dech.”
AFIKA : “Menurut aku sikap orang tua kamu ada benarnya juga Cha. Jadi, kamu nggak perlu jadi pendiam kayak gini. Bawa Enjoy aja Cha.”
KARA : “Emang bener. Tapi, tanpa semua itu aku jadi tambah malas belajar karena bosen nggak ada hiburan. Aku sudah cukup tertekan harus belajar terus menerus. Orang tua aku nggak peduli sama aku lagi, mereka selalu nuntut ini, itu tapi mereka nggak mikir gimana perasaanku. Merek hanya tau keinginan mereka harus terpenuhi, tanpa berfikir kemampuan aku. Mereka egois!”
(Sambil menangis)
IGO : “Sudah hapus aia mata kamu. Lebih baik seKARAng kita cari jalan keluarnya.”
MIMI : “Aha, aku punya ide, aku punya ide, ide ini bagus, ide ini untuk kita.”
KARA, MIMI, AFIKA : “Apa? Dasar Miss Lebay.”
MIMI : “Emh, bagaimana kalau kita batasi pemakaian fasilitas yang ada. Selama inikan setiap hari,
setiap jam, setiap menit and setiap detik kita selalu tergantung sama fasilitas yang ada.”
KARA : “Bener juga kamu Ra. Aku jadi sadar, kalau kita selalu tergantung sama fasilitas yang kita punya, kita bakalan jadi anak manja dan selalu tergantung sama apa yang ada. Emang susah buat kita merubah kebiasaan yang sudah mengakar di dalam diri kita. Tapi, apa kalian bisa ninggalin itu semua? Biar aku aja yang menjalankan ini semua. Aku punya sahabat seperti kalian juga sudah cukup buat aku. tapi aku masih butuh paling tidak HP sich.”
(Mereka tertawa bersama)
MIMI : “Emh, gimana ya?”
AFIKA : “Aku bisa kok. Ra, inikan ide kamu, kok malah kamu yang jadi ragu sich?”
MIMI : “Uh, tadi aku nggak usul enak yach. Tapi, aku bisa kok. Demi sahabat aku tersayang. Tapi sesekali nggak apakan?”
AFIKA : “Ya nggak apalah. Namanya juga masih proses. Tpi jangan terlalu sering yach?”
IGO : “Intinya kita setuju sama usul MIMI tadi. Lagian selayaknya sahabat sejati itu selalu ada buat sahabatnya yang lagi butuh bantuan. Kamu sedih, kita juga ikut sedih Cha. Karena kita merasa ada yang hilang. Kita juga ngerasa nggak enak kalau kita having fun, tapi kamunya malah sedih, susah, campur aduk dech. Lagian kita juga harus konsentrasi sama UAN. Bener nggak?”
KARA : “Bener, kalau gitu terima kasih ya guys.”
MIMI, AFIKA, IGO : “Sama-sama. Kita sayang kamu Cha.”
(Sambil berpelukan)
Akhirnya mereka berempat menyepakati perjanjian yang tadi diusulkan MIMI. Mereka berharap hal ini dapat memberikan hasil yang baik pada UAN nanti.
Hari demi hari mereka lalui penuh suka cita, dan tidak terasa waktu UAN telah tiba. Pada waktu pengumuman hasil UAN, mereka lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan mereka di terima di SMA yang mereka inginkan selama ini. Sampai SMApun mereka tetap bersama.
0 komentar:
Posting Komentar