Berhasil Dengan Keringat Ayah
Pukul delapan malam seperti biasa Andreas masih sibuk di depan meja belajarnya mengingat satu minggu lagi ia ujian kelulusan sekolah mengengah atas. Andreas anak bungsu dari pak Gino dan bu Sari ini sangatlah patuh terhadap orang tuanya, Andreas sangat berbeda dengan Kak Ario yang tidak tahu sopan santun. Kerjaannya hanya mabuk-mabukan, main sabung ayam, dan berjudi kartu. Andreas san kak Ario ibarat air dan minyak yang tidak pernah bisa disatukan pendapatnya.
Andreas hanya tinggal bersama Kak Ario dan Pak Gino. Ibu mereka pergi meninggalkan keluarga kecilnya karena pak Gino hanya seorang tukang becak yang hasilnya tak menentu setiap harinya. Jangan kan buat membeli make up dan baju untuk makan saja mereka seadanya. Sekarang mereka tidak tahu keberadaan ibu mereka. Terakhir yang mereka tahu adalah ibu sudah menikah lagi dengan seorang pedagang beras terkaya di kampung ini.
Pak Gino tampak baru saja pulang dari stasiun kota tempat dimana beliau menawarkan jasanya sebagai tukang becak. Pak Gino dan kedua anaknya tinggal di daerah kota gede, kota pengrajin perak terkenal di daerah Yogyakarta. Rumah Pak Gino terletak persis diantara toko perak. Bangunan rumah Pak Gino pun masih tampak jadul.
Andreas khawatir. Dengan keadaan keluarganya yang serba pas-pasan ia takut tidak bisa melanjutkan kuliah di universitas yang ia inginkan. Andreas sangat ingin berkuliah karena cita-citanya menjadi seorang psikolog. Tetapi Andreas tetap terus belajar, terkadang Adreas juga belajar bersama Kejora dirumahnya mengingat Kejora adalah juara satu parallel di sekolahnya. Andreas optimis akan cita-citanya walaupun keadaan keluarganya yang serba pas-pasan.
Karakter Pemain
Andreas, pemuda berumur 18 tahun. Pintar, patuh terhadap orang tua, cekatan, taat beragama, bercita-cita sebagai psikolog, selalu penuh dengan kasih sayanng. Berambut cepak, kulitnya sawo matang, parasnya begitu kharismatik sehingga menarik banyak wanita, dan berhidung mancung. Dari keluarga yang kurang mampu.
Pak Gino, pria paruh baya berumur 59 tahun, seorang tukang becak yang biasa mngkal di stasiun kota. Penyabar, taat beragama, tulang punggung keluarga, mempunyai harapan agar Andreas dapat menyelesaikan sekolahnya hingga ke jenjang perguruan tinggi, walaupun dengan hasil tak menentu. Berkulit sawo matang, sedikit gemuk, dan berhidung mancung.
Kak Ario, berumur 24 tahun, kakak kandung Andreas. Pemalas, hobinya berjudi, dan menghambur-hamburkan uang untuk kegiatan maksiat. Tidak pernah mau mendengarakan nasehat orang dirinya selalu diliputi oleh api yang mudah membakar siapa saja. Tatapan matanya tajam, berkulit sawo matang, berhidung mancung dan mempunyai tanda lahir di dagunya.
Kejora, gadis berumur 17 tahun. Baik hati, juara satu sekolah parallel, sering jadi pusat perhatian anak-anak disekolahnya. Bersahabat baik dengan Andreas. Gemar menulis dan membaca buku sejarah. Berkulit putih, berhidung kecil, mempunyai senyum yang manis, dan mempunyai lesung pipi.
“Berhasil Dengan Keringat Ayah”
PLOT
Babak I : Pukul delapan malam Andreas masih sibuk dengan beberapa tumpukan-tumpukan buku di meja belajarnya mengingat satu minggu lagi ia menempuh ujian nasional. Pukul Sembilan malam Pak Gino pulang dari stasiun kota. Seharian pak Gino tidak mendapat penumpang, pak Gino khawatir Andreas tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena hasil dari beliau bekerja hanya cukup untuk makan sehari-hari. Kak Ario pulang dengan keadaan mabuk berat. Kak Ario marah, kak Ario selama ini mengira pak Gino lah yang menyebabkan ibu mereka pergi meninggalkan mereka dan menikah dengan seorang juragan beras. Untunglah pak Gino adalah seorang yang penyabar.
Babak II : Matahari pagi mulai meninggi, seperti biasa Kejora sahabat Andreas yang baik hati datang kerumah Andreas untuk menjemputnya mengingat Andreas tidak mempunyai kendaraan untuk ke sekolah. Andreas dan Kejora asik bercanda melewati bangunan-bangunan tua di dekat rumah Andreas, motor berwarna putih itu pun melaju pesat. Tiba-tiba Kejora menyinggung masalah perguruan tinggi, Andreas hanya bisa terdiam. Andreas tiba-tiba tampak murung sebenarnya Andreas ingin sekali melanjutkan sekolahnya tetapi, ayahnya hanya seorang tukang becak yang hasilnya tak menentu. Belum lagi masalah kak Ario yang selalu saja menghambur-hamburkan uang. Kejora tampak bingung melihat Andreas tiba-tiba terdiam. Kejora menanyakan tetapi, Andreas mengalihkan pembicaraannya dengan mengajaknya bercanda kembali. Andreas memarkir kendaraan kejora di parkiran belakang sekolah. Bell berbunyi, ini adalah detik-detik menuju ujian nasional. Andreas belum melunasi beberapa biaya adminitrasi. Pak Gino mondar-mandir kerumah tetangga hanya untuk mengusahakan agar Andreas bisa mengikuti ujian nasional. Akhirnya pak Gino mendapat pinjaman dari salah satu tetangganya. Semuanya masih belum selesai. Masalah kak Ario masih mewarnai hari-hari di keluarga mereka.
Babak III : Kejora dan Andreas berangkat sekolah bersama hari itu adalah hari dimana mereka menempuh ujian nasional tingkat sekolah mengah atas. Andreas mempunyai semangat yang tinggi, Andreas tidak ingin kalah dengan Kejora. Andreas optimis dalam mengerjakannya. Mengingat Andreas juga salah satu murid teladan di sekolahnya. Kejora tampak serius mengerjakan soal ujian nasional tersebut.Semangat mereka tak akan pernah padam untuk meraih satu mimpi. Walaupun Andreas hanyalah seorang anak tukang becak. Tak jarang pikiran itu muncul, Andreas tiba-tiba merenung. Hari ini adalah hari yang ditunggu. Kejora tampak datang lebih awal dan tampak menggandeng tangan Andreas. Nampaknya Kejora dan Andreas sudah tak sabar melihat hasilnnya. Didepan papan pengumuman, Andreas dan Kejora tampak sibuk mencari nama mereka masing-masing. Dan akhirnya nama mereka terdapat kata “LULUS”. Andreas dan Kejora sangat bahagia, tiba-tiba kepala sekolah memanggil Andreas. Andreas tampak bingung. Kepala sekolah memberinya sepucuk surat tertera di surat itu, bahwa Andreas peraih hasil UN tertinggi dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah di fakultas psikologi. Happy Ending.
“Berhasil Dengan Keringat Ayah”
SCENE
1. INT. Rumah Pak Gino – Malam
Pemain : Pak Gino, Andreas, Kak Ario
Pukul delapan malam, Andreas masih sibuk membolak balik lembar demi lembar buku catatannya. Sambil menunggu pak Gino pulang dari narik becak. Pukul Sembilan Pak gino tampak mengetuk pintu. Andreas bergegas membuka pintunya.
Pak Gino
(Mengetuk pintu) Assalamu’alaikum, nak bapak pulang bukakan pintunya.
Andreas
(Berjalan menuju pintu, dan memutar gagang pintu) Wa’alaikumusallam, iya pak sebentar.
Pak Gino
(Duduk di kursi tamu, dan sedikit menghela nafas) Nak buatkan bapak segelas teh hangat
Andreas
(Berjalan menuju dapur, dan tampak mengaduk segelas teh untuk pak Gino) Ini pak tehnya.
Pak gino
(Menyeruput segelas teh buatan Andreas) Nak, bapak mu ini hanya seorang tukang becak hasilnya tak menentu, kadang kalau bejo ya dapet seratus ribu tapi kalau lagi sepi penumpang gini ya cuma duapuluh ribu. Bapak khawatir kalau nanti bapak enggak punya biaya untuk meneruskan di perguruan tinggi. Bapak minta maaf juga, gara-gara bapak ibu pergi ninggalin kita.
Andreas
(Berkaca-kaca dan sedikit menneteskan air mata) Pak, Andreas mengerti keadaan keluarga kita saat ini, jangankan untuk biaya saya sekolah, untuk makan saja kita pas-pasan pak. Kalau nanti kita belum diberi rezki, saya mau menggantikan bapak menjadi tukang becak di stasiun kota. Bapak sudah tua, sebaiknya bapak dirumah saja.
Pak Gino
(Meneteskan Air mata dan mengelapnya dengan handuk yang di sampirkan di pundak kirinya) Tidak nak, bapak tidak ingin kamu menjadi seperti bapak. Bapak enggak punya gaji tetap. Kamu harus tetap bersekolah bagimana pun caranya bapak akan usahakan untuk mu nak. Bapak ingin kamu menjadi seorang sarjana nantinya.
Andreas
(Mengulas senyum) Bapak memang seorang ayah yang bisa menjadi contoh untuk anak-anaknya. Andreas ingin mempunyai semangat juang seperti bapak.
Kak Ario
(Menggedor-gedor pintu, digenggamnya sebotol minuman keras. Kak Ario dalam keadaan mabuk berat) Woyy!!! Bukain pintunya
Andreas
(Mengintip dari balik jendela, dan memutar gagang pintu lalu membuka pintu untuk kak Ario) Kakak dari mana saja? Sudah lah kak jangan kebanyakan membeli sesuatu yang tidak ada manfaatnya
Kak Ario
(Berjalan menuju kamarnya dengan botol miras yang masih digenggamnya. Membanting pintu kamar) Diam saja kamu anak kecil
2. INT. Teras Rumah Pak Gino
Pemain : Andreas, Pak Gino, Kejora
Matahari pagi mulai memecah awan-awan kecil. Andreas siap dengan tas selempangnya yang telah usam. Andreas tampak mondar-mandir didepan teras rumahnya dan tak jarang andreas menengok kearah jam dinding di ruang tamu. Kejora pun tiba di rumah Andreas dengan memakai tas gendong merk terkenal, dan sepatu flat rancangan dari Amerika. Tak luput bau parfum beraroma melon yang semerbak.
Kejora
(Melepas helmnya) Aduhhh Andre… Maaf aku telat. Yuk berangkat sekarang
Andreas
(Menggelengkan kepalanya) Sudah jam berapa ini nona Kejora
Kejora
(Bersalaman kepada pak Gino yang saat itu ada di depan rumah sedang menyiram tanaman) Bapak, aku sama Andreas berangkat dulu yaa. Assalamu’alaikum
Pak Gino
(Tertawa kecil, dan menggeleng-gelengkan kepala) Iya nak hati-hati ya. Wa’alaikumusallam
Setengah perjalanan menuju sekolah, . Andreas dan Kejora asik bercanda melewati bangunan-bangunan tua di dekat rumah Andreas, motor berwarna putih itu pun melaju pesat. Tiba-tiba Kejora menyinggung masalah perguruan tinggi,
Kejora
(Bertanya serius) Andre, ngomong-ngomong setelah lulus SMA ini kamu mau ambil fakultas apa? Kalau aku pengen di jurusan hukum biar kaya papah aku jadi penegak hokum. Cita-cita kamu masih ingin jadi psikolog kan?
Andreas
(Termenung, dan sedikit menekuk wajahnya) Aku belum tau, bapak ku hanya seorang tukang becak gsjinys tsk menentu, buat makan saja pas-pasan.
Kejora
(Ikut terdiam seolah ia merasa bersalah menanyakan hal tersebut)
Andreas
(Meliuk-liukan motor, dan mengalihkan pembicaraan tadi)
Kejora
(Tertawa terbahak-bahak, melihat kelakuan Andreas. Dan menepuk punggung Andreas.) Apaan sih kamu ndre, nanti kalau jatuh gimana?
Andreas
(Masih tampak meliuk-liukan motornya)
Pukul delapan malam seperti biasa Andreas masih sibuk di depan meja belajarnya mengingat satu minggu lagi ia ujian kelulusan sekolah mengengah atas. Andreas anak bungsu dari pak Gino dan bu Sari ini sangatlah patuh terhadap orang tuanya, Andreas sangat berbeda dengan Kak Ario yang tidak tahu sopan santun. Kerjaannya hanya mabuk-mabukan, main sabung ayam, dan berjudi kartu. Andreas san kak Ario ibarat air dan minyak yang tidak pernah bisa disatukan pendapatnya.
Andreas hanya tinggal bersama Kak Ario dan Pak Gino. Ibu mereka pergi meninggalkan keluarga kecilnya karena pak Gino hanya seorang tukang becak yang hasilnya tak menentu setiap harinya. Jangan kan buat membeli make up dan baju untuk makan saja mereka seadanya. Sekarang mereka tidak tahu keberadaan ibu mereka. Terakhir yang mereka tahu adalah ibu sudah menikah lagi dengan seorang pedagang beras terkaya di kampung ini.
Pak Gino tampak baru saja pulang dari stasiun kota tempat dimana beliau menawarkan jasanya sebagai tukang becak. Pak Gino dan kedua anaknya tinggal di daerah kota gede, kota pengrajin perak terkenal di daerah Yogyakarta. Rumah Pak Gino terletak persis diantara toko perak. Bangunan rumah Pak Gino pun masih tampak jadul.
Andreas khawatir. Dengan keadaan keluarganya yang serba pas-pasan ia takut tidak bisa melanjutkan kuliah di universitas yang ia inginkan. Andreas sangat ingin berkuliah karena cita-citanya menjadi seorang psikolog. Tetapi Andreas tetap terus belajar, terkadang Adreas juga belajar bersama Kejora dirumahnya mengingat Kejora adalah juara satu parallel di sekolahnya. Andreas optimis akan cita-citanya walaupun keadaan keluarganya yang serba pas-pasan.
Karakter Pemain
Andreas, pemuda berumur 18 tahun. Pintar, patuh terhadap orang tua, cekatan, taat beragama, bercita-cita sebagai psikolog, selalu penuh dengan kasih sayanng. Berambut cepak, kulitnya sawo matang, parasnya begitu kharismatik sehingga menarik banyak wanita, dan berhidung mancung. Dari keluarga yang kurang mampu.
Pak Gino, pria paruh baya berumur 59 tahun, seorang tukang becak yang biasa mngkal di stasiun kota. Penyabar, taat beragama, tulang punggung keluarga, mempunyai harapan agar Andreas dapat menyelesaikan sekolahnya hingga ke jenjang perguruan tinggi, walaupun dengan hasil tak menentu. Berkulit sawo matang, sedikit gemuk, dan berhidung mancung.
Kak Ario, berumur 24 tahun, kakak kandung Andreas. Pemalas, hobinya berjudi, dan menghambur-hamburkan uang untuk kegiatan maksiat. Tidak pernah mau mendengarakan nasehat orang dirinya selalu diliputi oleh api yang mudah membakar siapa saja. Tatapan matanya tajam, berkulit sawo matang, berhidung mancung dan mempunyai tanda lahir di dagunya.
Kejora, gadis berumur 17 tahun. Baik hati, juara satu sekolah parallel, sering jadi pusat perhatian anak-anak disekolahnya. Bersahabat baik dengan Andreas. Gemar menulis dan membaca buku sejarah. Berkulit putih, berhidung kecil, mempunyai senyum yang manis, dan mempunyai lesung pipi.
“Berhasil Dengan Keringat Ayah”
PLOT
Babak I : Pukul delapan malam Andreas masih sibuk dengan beberapa tumpukan-tumpukan buku di meja belajarnya mengingat satu minggu lagi ia menempuh ujian nasional. Pukul Sembilan malam Pak Gino pulang dari stasiun kota. Seharian pak Gino tidak mendapat penumpang, pak Gino khawatir Andreas tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena hasil dari beliau bekerja hanya cukup untuk makan sehari-hari. Kak Ario pulang dengan keadaan mabuk berat. Kak Ario marah, kak Ario selama ini mengira pak Gino lah yang menyebabkan ibu mereka pergi meninggalkan mereka dan menikah dengan seorang juragan beras. Untunglah pak Gino adalah seorang yang penyabar.
Babak II : Matahari pagi mulai meninggi, seperti biasa Kejora sahabat Andreas yang baik hati datang kerumah Andreas untuk menjemputnya mengingat Andreas tidak mempunyai kendaraan untuk ke sekolah. Andreas dan Kejora asik bercanda melewati bangunan-bangunan tua di dekat rumah Andreas, motor berwarna putih itu pun melaju pesat. Tiba-tiba Kejora menyinggung masalah perguruan tinggi, Andreas hanya bisa terdiam. Andreas tiba-tiba tampak murung sebenarnya Andreas ingin sekali melanjutkan sekolahnya tetapi, ayahnya hanya seorang tukang becak yang hasilnya tak menentu. Belum lagi masalah kak Ario yang selalu saja menghambur-hamburkan uang. Kejora tampak bingung melihat Andreas tiba-tiba terdiam. Kejora menanyakan tetapi, Andreas mengalihkan pembicaraannya dengan mengajaknya bercanda kembali. Andreas memarkir kendaraan kejora di parkiran belakang sekolah. Bell berbunyi, ini adalah detik-detik menuju ujian nasional. Andreas belum melunasi beberapa biaya adminitrasi. Pak Gino mondar-mandir kerumah tetangga hanya untuk mengusahakan agar Andreas bisa mengikuti ujian nasional. Akhirnya pak Gino mendapat pinjaman dari salah satu tetangganya. Semuanya masih belum selesai. Masalah kak Ario masih mewarnai hari-hari di keluarga mereka.
Babak III : Kejora dan Andreas berangkat sekolah bersama hari itu adalah hari dimana mereka menempuh ujian nasional tingkat sekolah mengah atas. Andreas mempunyai semangat yang tinggi, Andreas tidak ingin kalah dengan Kejora. Andreas optimis dalam mengerjakannya. Mengingat Andreas juga salah satu murid teladan di sekolahnya. Kejora tampak serius mengerjakan soal ujian nasional tersebut.Semangat mereka tak akan pernah padam untuk meraih satu mimpi. Walaupun Andreas hanyalah seorang anak tukang becak. Tak jarang pikiran itu muncul, Andreas tiba-tiba merenung. Hari ini adalah hari yang ditunggu. Kejora tampak datang lebih awal dan tampak menggandeng tangan Andreas. Nampaknya Kejora dan Andreas sudah tak sabar melihat hasilnnya. Didepan papan pengumuman, Andreas dan Kejora tampak sibuk mencari nama mereka masing-masing. Dan akhirnya nama mereka terdapat kata “LULUS”. Andreas dan Kejora sangat bahagia, tiba-tiba kepala sekolah memanggil Andreas. Andreas tampak bingung. Kepala sekolah memberinya sepucuk surat tertera di surat itu, bahwa Andreas peraih hasil UN tertinggi dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah di fakultas psikologi. Happy Ending.
“Berhasil Dengan Keringat Ayah”
SCENE
1. INT. Rumah Pak Gino – Malam
Pemain : Pak Gino, Andreas, Kak Ario
Pukul delapan malam, Andreas masih sibuk membolak balik lembar demi lembar buku catatannya. Sambil menunggu pak Gino pulang dari narik becak. Pukul Sembilan Pak gino tampak mengetuk pintu. Andreas bergegas membuka pintunya.
Pak Gino
(Mengetuk pintu) Assalamu’alaikum, nak bapak pulang bukakan pintunya.
Andreas
(Berjalan menuju pintu, dan memutar gagang pintu) Wa’alaikumusallam, iya pak sebentar.
Pak Gino
(Duduk di kursi tamu, dan sedikit menghela nafas) Nak buatkan bapak segelas teh hangat
Andreas
(Berjalan menuju dapur, dan tampak mengaduk segelas teh untuk pak Gino) Ini pak tehnya.
Pak gino
(Menyeruput segelas teh buatan Andreas) Nak, bapak mu ini hanya seorang tukang becak hasilnya tak menentu, kadang kalau bejo ya dapet seratus ribu tapi kalau lagi sepi penumpang gini ya cuma duapuluh ribu. Bapak khawatir kalau nanti bapak enggak punya biaya untuk meneruskan di perguruan tinggi. Bapak minta maaf juga, gara-gara bapak ibu pergi ninggalin kita.
Andreas
(Berkaca-kaca dan sedikit menneteskan air mata) Pak, Andreas mengerti keadaan keluarga kita saat ini, jangankan untuk biaya saya sekolah, untuk makan saja kita pas-pasan pak. Kalau nanti kita belum diberi rezki, saya mau menggantikan bapak menjadi tukang becak di stasiun kota. Bapak sudah tua, sebaiknya bapak dirumah saja.
Pak Gino
(Meneteskan Air mata dan mengelapnya dengan handuk yang di sampirkan di pundak kirinya) Tidak nak, bapak tidak ingin kamu menjadi seperti bapak. Bapak enggak punya gaji tetap. Kamu harus tetap bersekolah bagimana pun caranya bapak akan usahakan untuk mu nak. Bapak ingin kamu menjadi seorang sarjana nantinya.
Andreas
(Mengulas senyum) Bapak memang seorang ayah yang bisa menjadi contoh untuk anak-anaknya. Andreas ingin mempunyai semangat juang seperti bapak.
Kak Ario
(Menggedor-gedor pintu, digenggamnya sebotol minuman keras. Kak Ario dalam keadaan mabuk berat) Woyy!!! Bukain pintunya
Andreas
(Mengintip dari balik jendela, dan memutar gagang pintu lalu membuka pintu untuk kak Ario) Kakak dari mana saja? Sudah lah kak jangan kebanyakan membeli sesuatu yang tidak ada manfaatnya
Kak Ario
(Berjalan menuju kamarnya dengan botol miras yang masih digenggamnya. Membanting pintu kamar) Diam saja kamu anak kecil
2. INT. Teras Rumah Pak Gino
Pemain : Andreas, Pak Gino, Kejora
Matahari pagi mulai memecah awan-awan kecil. Andreas siap dengan tas selempangnya yang telah usam. Andreas tampak mondar-mandir didepan teras rumahnya dan tak jarang andreas menengok kearah jam dinding di ruang tamu. Kejora pun tiba di rumah Andreas dengan memakai tas gendong merk terkenal, dan sepatu flat rancangan dari Amerika. Tak luput bau parfum beraroma melon yang semerbak.
Kejora
(Melepas helmnya) Aduhhh Andre… Maaf aku telat. Yuk berangkat sekarang
Andreas
(Menggelengkan kepalanya) Sudah jam berapa ini nona Kejora
Kejora
(Bersalaman kepada pak Gino yang saat itu ada di depan rumah sedang menyiram tanaman) Bapak, aku sama Andreas berangkat dulu yaa. Assalamu’alaikum
Pak Gino
(Tertawa kecil, dan menggeleng-gelengkan kepala) Iya nak hati-hati ya. Wa’alaikumusallam
Setengah perjalanan menuju sekolah, . Andreas dan Kejora asik bercanda melewati bangunan-bangunan tua di dekat rumah Andreas, motor berwarna putih itu pun melaju pesat. Tiba-tiba Kejora menyinggung masalah perguruan tinggi,
Kejora
(Bertanya serius) Andre, ngomong-ngomong setelah lulus SMA ini kamu mau ambil fakultas apa? Kalau aku pengen di jurusan hukum biar kaya papah aku jadi penegak hokum. Cita-cita kamu masih ingin jadi psikolog kan?
Andreas
(Termenung, dan sedikit menekuk wajahnya) Aku belum tau, bapak ku hanya seorang tukang becak gsjinys tsk menentu, buat makan saja pas-pasan.
Kejora
(Ikut terdiam seolah ia merasa bersalah menanyakan hal tersebut)
Andreas
(Meliuk-liukan motor, dan mengalihkan pembicaraan tadi)
Kejora
(Tertawa terbahak-bahak, melihat kelakuan Andreas. Dan menepuk punggung Andreas.) Apaan sih kamu ndre, nanti kalau jatuh gimana?
Andreas
(Masih tampak meliuk-liukan motornya)
0 komentar:
Posting Komentar