Identifikasi permasalahan pembelajaran PKn Di Sekolah Dasar
Masalah yang ditemui dalam setiap pembelajaran memang sangatkomplek. Masalah tersebut datangnya bisa dari kurikulum, guru, siswa, saranaprasarana, sumber belajar, dan lain-lain. Namun sayangnya banyak pendidik yang masih kurang peka terhadap permasalahan yang dihadapi.Berdasarkan pengalaman mengajar PKn, di sini penulis mencobamengidentifikasi permasalahan yang pernah penulis hadapi, yangmenyebabkan pembelajaran PKn cenderung kurang menarik, dianggap sepele,membosankan, dan bermacam-macam kesan negative lainnya. Masalah-masalah tersebut antara lain:
1.Kurikulum yang terlalu berat
Menurut penulis, konten atau muatan kurikulum PKn untuk tingkatSD terlalu tinggi dibandingkan dengan tingkat kemampuan anak usia SD.Misalnya saja untuk materi kelas VI SD semester II. Penulis ambil contohStandar Kompetensi: 2 Memahami system pemerintahan Republik IndonesiaKompetensi Dasar: 2.1 Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negarasesuai UUD 1945 hasil amandemen 2.3 Mendeskripsikan tugas dan fungsipemerintahan pusat dan daerah
Materi-materi tersebut selaain terlalu tinggi bagi siswa juga belummemiliki manfaat, urgensi, dan kegunaan bagi kehidupan siswa. Artinyakalaupun materi itu nanti dipelajari oleh siswa akhirnya sasaranya hanyapada aspek kognitif saja, tidak menyentuh kehidupan siswa
2. Kurangnya kemampuan dalam menangkap kata kunci dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .
Dalam melakukan penelaahan terhadap SK dan KD selama inipenulis sendiri masih banyak kekeliruan. Akibatnya apa yang disampaikanmenjadi salah sasaran. Kesalahan tersebut misalnya terjadi pada StandarKompetensi kelas VI semester I.Standar Kompetensi: 1 Menghargai nilai-nilai juang dalam prosesperumusan Pancasila sebagai Dasar NegaraKompetensi Dasar:1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam prosesperumusan Pancasila sebagai Dasar Negara1.2 Menceritakan secara singkat nilai kebersamaandalam proses perumusan Pancasila sebagai DasarNegara1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yangberperan dalam proses perumusan Pancasilasebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hariKarena kesalahan dalam menangkap esensi dari SK dan KD makapembelajaran cenderung hanya mengarah pada pencapaian aspek kognitif.Seperti contoh SK dan KD di atas, selama ini penulis hanya menekankanpada bagaimana Proses Perumusan Pancasilanya saja (kognitif), sehingga ketika evaluasi pertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusanPancasilanya, misalnya “siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa,bagaimana bunyi rumusannya”.
Kondisi semacam ini menyeababkan kompetensi yang diharapkandicapai oleh siswa justru terabaikan, misalnya bagaimana siswa mampu bagaimana menghargai perbedaan pendapat dalam suatu musyawarah, danbagaimana meneladani nilai juang para tokoh yang oleh siswa dapatdiaplikasikan dalam belajar. Dan ternyata ini juga terjadi pada tim penyusunsoal Ujian tingkat Kabupaten. Padahal kata kunci dari SK dan KD tersebut(Menghargai dan Nilai-Nilai Juang) maka pembelajaran akan menekankanpada aspek Afektif dan Perilaku siswa.
3. Praktek mengajar konvensional
Pembelajaran PKn selama ini lebih banyak berlangsung denganpendekatan konvensional. Selama pembelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Siswa hanya menjadipendengar di dalam kelas, kemudian mengerjakan atau menjawab soal.Pembelajaran berlangsung monoton, dan guru menjadi satu-satunya sumberinformasi. Selain itu, dalam pembelajaran jarang yang menggunakan mediayang menunjang. Pembelajaran semacam ini jelas akan sangatmembosankan dan tidak menarik
4. Pembelajaran tidak realitas ( kontekstual)
Materi PKn sebenarnya banyak yang bisa diajarkan sesuai realitaskehidupan siswa. Namun, dalam prakteknya karena sudah terbiasa mengajardengan ceramah, akhirnya,semua materi disajikan dalam bentuk ceramahdan Tanya jawab. Akibatnya apa yang didapat siswa sekedar apa yangdisampaikan oleh gurunya. Itupun kalau dapat terserap semua. Penulis ambilcontoh tentang materi kelas I semester II.Standar Kompetensi: 4 Menerapkan kewajiban anak di rumah dan disekolah
Kompetensi Dasar: 4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah 4.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakatMateri ini sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan siswa. Jikamateri ini kemudian disajikan dengan ceramah saja, maka yang terjadi
kemudian kompetensi yang terdapat dalam Standar Kompetensi tersebuttidak akan tercapai. Tujuan pembelajaran lagi-lagi hanya mengarah padapencapaian kemampuan kognitif. Padahal materi ini menuntut adanyaaplikasi, bukan sekedar teori atau penerapan, bukan hafalan.
5.Mengajar berdasarkan buku teks (Textbook centre)
Buku teks selama ini menjadi pegangan wajib. Jika kita mengajarhanya mengandalkan buku teks saja (tanpa menggunakan RPP) maka arahdan sasaran pembelajaran menjadi tidak fokus.
6. Evaluasi hanya mengarah pada aspek kognitif.
Sebagai dampak dari kesalahan dalam mengkap esensi SK dan KDserta penggunaan metode ceramah yang menjadi andalan, maka hasil belajaryang diharapkan akhirnya hanya bermuara pada pengetahuan. Padahal hasilbelajar seharusnya mencakup semua domain, yaitu kognitif, afektif, danpsikomotor.
B.SOLUSI UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN DALAMPEMBELAJARAN PKn
1. Kurikulum disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa SD
Jika berbicara masalah kurikulum, karena ini menyangkutkebijakan pusat, maka di sini penulis hanya bisa menghimbau agarkurikulum PKn untuk tingkat SD disesuaikan dengan tingkat kemampuananak usia SD. Materi yang disajikan paling tidak mempunyai kesesuaian
dengan tingkat usianya, mempunyai urgensi dan manfaat bagi kehidupansiswa. Seperti contoh materi tentang Pemilu dan Pilkada, menurut penulis materi tersebut belum waktunya diberikan pada tingkat SD, apalagi anak usia SD belum terlibat langsung dalam kegiatan Pemilu dan Pilkadatersebut.
2. Menangkap esensi atau kata kunci dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan benar
Kesalahan dalam menangkap esensi dari SK dan KD akan sangatmempengaruhi penyusunan tujuan dan evaluasi. Kesalahan ini juga akanberdampak pada pencapaian kompetensi itu sendiri.Dalam menelaah SK dan KD kita harus mampu melihat danmembaca dengan cermat apa yang diinginkan dalam SK dan KD tersebut.Kalau kita sudah mampu menangkap kata kuncinya maka akan kitarumuskan indikator apa yang menunjukkan pencapaian kompetensi itu.Seperti contoh di depan, untuk Standar Kompetensi kelas VI semester Iyaitu Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasilasebagai Dasar Negara.Jika kita dapat menangkap kata kunci dalam SK ini makapenekananya bukan pada sejarah proses perumusan Pancasilanya, tetapilebih menekankan bagaimana siswa mampu menghargai nilai-nilai juangpara to
koh tersebut dan meneladaninya. Apa indikator dari “menghargai”dan “apa saja nilai-nilai juang” yang bisa dicontoh oleh siswa, misalnyatentang nilai kebersamaannya, semangatnya, menghargai perbedaanpendapat, dan lain-lain.Terkait dengan hal di atas, maka bentuk penilaiannya tidak harusdalam bentuk tes tertulis. Sehingga tidak akan terjadi lagi ketika evaluasipertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusan Pancasilanya,misalnya “siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa, bagaimana bunyirumusannya”, yang semuanya hanya bersifat kognitif saja. Nilai-nilai afeksiyang sebenarnya menjadi arah dalam SK ini.
3.Mengajar dengan pendekatan Konstruktivisme
Melaksanakan pendekatan pembelajaran Konstruktivisme akanbanyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeksplor potensiyang ada dalam dirinya. Pendekatan ini juga akan memberikan ruang bagisiswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya, bukan diberi, sehingga belajar akan lebih bermakna bagi dirinya. Siswa akan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, bukan sekedar menjadi pendengar.Dengan menggunakan multi metode, multimedia, dan multisumber, pembelajaran akan lebih menarik, menantang, dan bermakna bagisiswa. Pemilihan metode, media, dan sumber yang tepat juga akan sangatmempengaruhi keberhasilan dan kebermaknaan pembelajaran. Misalnyauntuk mengajarkan materi tentang Menghargai nilai-nilai juang dalamproses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Materi ini akan lebihtepat diajarkan dengan metode Bermain Peran atau menggunakan mediaFilm dari pada ceramah. Atau untuk melatih kemampuan berpikr kritis, kitabisa menggunakan Peta Konsep, Belajar Berdasarkan Masalah, atauProblem Solving.
4. Belajar Berdasarkan Realitas
Belajar akan bermakna bagi siswa jika apa yang dipelajari adalahapa yang bermanfaat bagi kehidupannya. Peristiwa atau fenomena yangterjadi di lingkungan sekitar siswa bisa menjadi topik menarik untuk dipelajari. Dan ini akan dapat menumbuhkan kepedulian sosial siswa.Misalnya kasus
“kenakalan remaja” yang sering terjadi bias diangkat menjadi topik diskusi yang tepat untuk mengajarkan KD 4.3Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi dilingkungannya. Dengan mendiskusikan masalah ini siswa akan terlatihberpikir kritis terhadap fenomena yang terjadi dilingkunagnnya. Dengankemampuan berpikirnya itulah diharapkan siswa akan mampu menghadapisegala persoalan yang dihadapi baik sekarang maupun bagi kehidupannya dimasa yang akan datang. Semua bermula dari Realitas.
5. Mengajar harus memiliki persiapan (RPP)
RPP memegang peranan penting bagi guru dalam mengajar. RPPbisa diibaratkan Kompas atau penunjuk arah bagi guru untuk menentukan ke mana pembelajaran akan dibawa. Jika seorang guru mengajar tanpamenggunakan RPP dan hanya mengandalkan buku teks, maka yang akanterjadi adalah proses belajar yang tidak terarah dan fokusnya tidak jelas,karena apa yang disampaikan guru hanya apa yang ada dalam buku tekstersebut. Segalanya perlu dipersiapkan.
6. Evaluasi bersifat Total (Kognitif, Afektif, Psikomotor)
Hasil belajar tidak hanya diukur dari kemampuan kognitif saja.Seperti telah dicontohkan di depan, bahwa untuk mengevalusi materi padaStandar Kompetensi: 4 Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, tidak cukup dievaluasi dengan membuat pertanyaan “ apa yangdimaksud kewajiban?”
Tapi lebih dari itu, siswa diharapkan memiliki sikapdan perilaku“ Bert anggung jawab” terhadap kewajibannya.
Dalam mata pelajaran PKn Pengembangan nilai-nilai afeksi dandan karakter harus menjadi prioritas. Apalah artinya pandai secara akademik tanpa diimbangi dengan karakter dan akhlak yang mulia. Dalam rangkapengembangan nilai-nilai afeksi dan karakter ini, peran guru sangat penting,karena guru adalah figure yang banyak dicontoh oleh murid-muridnya,terutama untuk tingkat SD. Guru tidak cukup memberi contoh, tapi harusbisa menjadi contoh.
0 komentar:
Posting Komentar