BAB I
PENDAHULUAN
Bumi dan proses penciptaannya memiliki banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli filsafat, ada yang berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari air, udara dan gas. Dari berbagai macam teori yang membahas tentang proses terjadinya bumi ini setidaknya terdapat 2 kategori teori tentang bumi yaitu teori dentuman dan teori ekspansi dan kontraksi.
Pada pembahsan tentang proses terjadinya bumi tentunya bayak sekali terdapat kekurangan baik sedikitnya sumber yang digunakan maupun dalam redaksinya, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna tercapainya kesempurnaan dalam pembahsan tentang proses terjadinya bumi ini.
BAB II
PROSES TERBENTUKNYA BUMI
A. Hipotesis para ahli tentang terjadinya bumi
Para ahli pikir merasa sangat terganggu mereka ingin mengetahui bagaimana proses terbuntuknya bumi ini, sesuai dengan tingkat kemajuan dan perkembangan ilmu dan pengetahuan para ahli pikir membuat dugaan terkait dengan proses terbentuknya bumi yang sekarang ini ditempati oleh mahluk ciptaan tuhan.
Pada abad ke 18 di derah sebelah timur Mesopotamia, yang sekarang ini menjadi Negara Irak, para ahli arkeologi menemukan sisa tulisan dari tanah liat yang memuat tentang proses terjadinya bumi, cerita tentang banjir besar pada masanya nabi nuh. Pada masa itu kejayaan gereja di eropa menjadikan buku genesis menjadi satu-satunya buku yang harus mereka percayai.
Pelopor seperti para ahli Copernicus Keppler, Galileo dan Newton merubah pada zaman penelitian yang membawa pandangan baru dalam meninjau proses terjadinya tata surya. Teori Newton tentang adanya gravitasi, mendorong para ahli untuk menunjukan proses terjadinya bumi berdasarkan proses ilmiah. Diantaranya ialah hipotesis:
a. Hipotesis kabut dari Kant dan Laplace
Hipotesis yang dikemukakan oleh Imanuel Kant pada tahun 1755 di jerman mengemukakan tentang proses terjadinya bumi. Berdasarkan teori Newton dari tentang gravitasi, Kant mengatakan asal segalanya ini bermula dari gas yang bermacam-macam, yang tarik menarik yang kemudian membentuk kabut besar. Terjadinya benturan masing-masing gas menimbulkan panas. Pijarlah, dan istilah tersebut merupakan istilah dari asal matahari. Fregmen-fregmen inilah yang tadinya pijar melepaskan banyak panas, dan mengembun. Kemudian cair dan bagian luar makin padat. Demikianlah terjadinya planet-planet dan termasuk bumi yang kita hidupi sekarang ini. Sedangkan menurut piere de laplace sarjana prancis seorang filosuf dan ahli matematika mengemukakan pula pada kabut bahwa kabut asal itu telah berputar dan berpijar. Di khatulistiwa terjadi penumpukan awan, jika massa ini mengembun berputar mengelilingi induknya.
b. Hipotesis planetesimal
Chamberlain dan multon masing-masing ahli geologi dan Astronomi beranggapan bahwa adanya matahari asal yang didekati oleh suatu bintang besar yang sedang beredar, maka terjadilah tarik menarik sesuai dengan hokum newton.
c. Hipotesis pasang surut gas
Hipotesis ini dikemukakan oleh jeans dan Jeffries pada tahun 1930 sebagai penyokong hipotesis sebelumnya sambil memperbaiki keberatan-keberatannya. Mereka berpikir adanya bintang besar yang mendekat kira-kira seperti bu;land an bumi, yaitu bulan menyebabkan pasang surutnya lautan. Bulan tak kuat menarik air menjulur jauh, akan tetapi matahari yang didekati bintang besar itu menjauh, lidah api dari matahari asal itu putus dari induknya, pecah berkeping-keping dan menbeku menjadi planet-planet.
B. Teori terjadinya alam semesta (bumi)
Proses terjadinya bumi manusia tidak mengalami secara historis namun para ahli mencoba mengemukakan sebuah teori berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki.
1. Teori dentuman
Teori dentuman atau dikenal juga dengan teori ledakan, teori ini mengemukakan bahwa adanya suatu masssa yang sangat besar dijagat raya dan mempunyai berat dan jenis yang sangat besar, meledak dengan hebatnya adanya reaksi inti. Massa yang meledak itu kemudian menjauh dari pusat ledakan dan mengembang dengan sangat cepat. Setelah berjuta-juta tahun massa yang berserakan membentuk kelompok-kelompok yang relative lebih kecil dari massa semula. Kelompok itulah yang sekarang bernama galaksi dan ters menjauh dari intinya.
2. Teori ekspansi dan kontraksi
Teori ini diambil dari adanya siklus dari alam semesta yaitu ekspansif dan masa kontraksi. Dalam waktu 30.000 juta tahun dalam masa ekspansi, terbentuklah galaksi serta bintang-bintang. Ekspansi tersebut didukung adanya tenaga dari yang bersumber dari reaksi hydrogen yan pada akhirnya membentuk unsure lain yang komplek. Pada masa kontraksi, terjadilah galaksi dan bintang-bintang yang terbentuk meredup. Teori ekspansi dan kontraksi menguatkan asumsi bahwa partikel tersebut berasal dari pararel yang ada pada zaman dahulu kala.
C. Susunan lapisan bumi
Bayak orang mengatakan bahwa bumi mempunyai banyak lapisan. Sebagaimana hipotesis Kant diatas bahwa bumi kemudian mendingin di sebelah luar dan di luar masih sangat panas. Untuk meneliti kedalaman bumi cara yang terbaik adalah dengan mengebornya namun hal ini hanya mampu sampai pada kedalaman 5.00 meter sedangkan jari-jarinya 6.000.000 meter maka pemboran yang dilakukanpun hanya sis-sia saja.
Sesuai dengan majunya perkembnagn dan teknologi, dengan majunya penelitian gempa dapat meneliti secar tidak langsung tentang lapisan bumi, yang menggunakan alat yang disebut seismograf, menunjukan bahwa memang bagian bumi di dalamnya tidaklah homogeny melaikan adanya beberapa lapisan. Dalam istilah geografi lapisan batas itu adalah discontinyu. Lapisan yang paling luar adalah kedalaman 60 Km, kemudian pada kedalaman 1.200 Km dan 2.900 Km pada bagian paling dalam terdapat jari-jari 3.500 Km yang disebut dengan inti bumi (Barisfer).
Sedangkan Suess dan Wiechert pada tahun 1919 membagi lapisan bumi sebagai berikut:
1. Kerak bumi
Kerak bumi ini memiliki tebal 30-70 Km yang terdiri dari batuan basal dan acid.
2. Selubung bumi
Selubung bumi atau yang biasa disebut sisik silikat tebalnya 2.200 Km, massa jenisnya 3,6-4. Selubung bumi sam kerak bumi disebut Lithosfera.
3. Lapisan Chalkosfera
Lapisan ini memiliki tebal 1.700 Km, massa jenisnya 6,4 yang terdiri dari oksida besi dan sulfide besi.
4. Inti bumi
Inti bumi merupakan bola dengan jari-jari 3.500 Km massa jenisnya 9,6 terdiri dari besi dan nikel.
D. Data-data tentang bumi
Data-data bumi
Garis tengah : pada kutub, 12.714 km.
: pada khatulistiwa, 12.757km.
(jari-jari bumi, 6.378)
Keliling khatulistiwa : 40.000 km.
Jarak dari matahari : terjauh, 152 juta km, dan terdekat, 147 juta km.
Kecepatan berputar
mengelilingi matahari : 6.0000 k
inti 15.000.0000 k
Bintik-bintik 4.0000 k.
Tekanan : 400.109 atm. bumi
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bumi yang menjadi tempat tinggal kita semua mempunyai proses yang sangat panjang dalam kejadiannya. Ada dua teori yang menyebutkan proses terjadinya bumi ini yang pertama adalah teori dentuman atau teori ledakan sedangkan yang kedua adalah teori ekspansi dan kontraksi.
Bersamaan dalam proses pembentukannya bumi ini teryata tidaklah homogen, akan tetapi memiliki beberapa lapisan. Lapisan lapisan tersebut memiliki kedalaman yang berbeda-beda dan massa jenisnya. Lapisan-lapisan bumi dapat terdeteksi secara tidak langsung dengan alat pengukur gempa yaitu seismograf.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdullah. Rahma, Eni. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Mawardi. Hidayati, Nur. IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia. 2000.
PENDAHULUAN
Bumi dan proses penciptaannya memiliki banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli filsafat, ada yang berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari air, udara dan gas. Dari berbagai macam teori yang membahas tentang proses terjadinya bumi ini setidaknya terdapat 2 kategori teori tentang bumi yaitu teori dentuman dan teori ekspansi dan kontraksi.
Pada pembahsan tentang proses terjadinya bumi tentunya bayak sekali terdapat kekurangan baik sedikitnya sumber yang digunakan maupun dalam redaksinya, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna tercapainya kesempurnaan dalam pembahsan tentang proses terjadinya bumi ini.
BAB II
PROSES TERBENTUKNYA BUMI
A. Hipotesis para ahli tentang terjadinya bumi
Para ahli pikir merasa sangat terganggu mereka ingin mengetahui bagaimana proses terbuntuknya bumi ini, sesuai dengan tingkat kemajuan dan perkembangan ilmu dan pengetahuan para ahli pikir membuat dugaan terkait dengan proses terbentuknya bumi yang sekarang ini ditempati oleh mahluk ciptaan tuhan.
Pada abad ke 18 di derah sebelah timur Mesopotamia, yang sekarang ini menjadi Negara Irak, para ahli arkeologi menemukan sisa tulisan dari tanah liat yang memuat tentang proses terjadinya bumi, cerita tentang banjir besar pada masanya nabi nuh. Pada masa itu kejayaan gereja di eropa menjadikan buku genesis menjadi satu-satunya buku yang harus mereka percayai.
Pelopor seperti para ahli Copernicus Keppler, Galileo dan Newton merubah pada zaman penelitian yang membawa pandangan baru dalam meninjau proses terjadinya tata surya. Teori Newton tentang adanya gravitasi, mendorong para ahli untuk menunjukan proses terjadinya bumi berdasarkan proses ilmiah. Diantaranya ialah hipotesis:
a. Hipotesis kabut dari Kant dan Laplace
Hipotesis yang dikemukakan oleh Imanuel Kant pada tahun 1755 di jerman mengemukakan tentang proses terjadinya bumi. Berdasarkan teori Newton dari tentang gravitasi, Kant mengatakan asal segalanya ini bermula dari gas yang bermacam-macam, yang tarik menarik yang kemudian membentuk kabut besar. Terjadinya benturan masing-masing gas menimbulkan panas. Pijarlah, dan istilah tersebut merupakan istilah dari asal matahari. Fregmen-fregmen inilah yang tadinya pijar melepaskan banyak panas, dan mengembun. Kemudian cair dan bagian luar makin padat. Demikianlah terjadinya planet-planet dan termasuk bumi yang kita hidupi sekarang ini. Sedangkan menurut piere de laplace sarjana prancis seorang filosuf dan ahli matematika mengemukakan pula pada kabut bahwa kabut asal itu telah berputar dan berpijar. Di khatulistiwa terjadi penumpukan awan, jika massa ini mengembun berputar mengelilingi induknya.
b. Hipotesis planetesimal
Chamberlain dan multon masing-masing ahli geologi dan Astronomi beranggapan bahwa adanya matahari asal yang didekati oleh suatu bintang besar yang sedang beredar, maka terjadilah tarik menarik sesuai dengan hokum newton.
c. Hipotesis pasang surut gas
Hipotesis ini dikemukakan oleh jeans dan Jeffries pada tahun 1930 sebagai penyokong hipotesis sebelumnya sambil memperbaiki keberatan-keberatannya. Mereka berpikir adanya bintang besar yang mendekat kira-kira seperti bu;land an bumi, yaitu bulan menyebabkan pasang surutnya lautan. Bulan tak kuat menarik air menjulur jauh, akan tetapi matahari yang didekati bintang besar itu menjauh, lidah api dari matahari asal itu putus dari induknya, pecah berkeping-keping dan menbeku menjadi planet-planet.
B. Teori terjadinya alam semesta (bumi)
Proses terjadinya bumi manusia tidak mengalami secara historis namun para ahli mencoba mengemukakan sebuah teori berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki.
1. Teori dentuman
Teori dentuman atau dikenal juga dengan teori ledakan, teori ini mengemukakan bahwa adanya suatu masssa yang sangat besar dijagat raya dan mempunyai berat dan jenis yang sangat besar, meledak dengan hebatnya adanya reaksi inti. Massa yang meledak itu kemudian menjauh dari pusat ledakan dan mengembang dengan sangat cepat. Setelah berjuta-juta tahun massa yang berserakan membentuk kelompok-kelompok yang relative lebih kecil dari massa semula. Kelompok itulah yang sekarang bernama galaksi dan ters menjauh dari intinya.
2. Teori ekspansi dan kontraksi
Teori ini diambil dari adanya siklus dari alam semesta yaitu ekspansif dan masa kontraksi. Dalam waktu 30.000 juta tahun dalam masa ekspansi, terbentuklah galaksi serta bintang-bintang. Ekspansi tersebut didukung adanya tenaga dari yang bersumber dari reaksi hydrogen yan pada akhirnya membentuk unsure lain yang komplek. Pada masa kontraksi, terjadilah galaksi dan bintang-bintang yang terbentuk meredup. Teori ekspansi dan kontraksi menguatkan asumsi bahwa partikel tersebut berasal dari pararel yang ada pada zaman dahulu kala.
C. Susunan lapisan bumi
Bayak orang mengatakan bahwa bumi mempunyai banyak lapisan. Sebagaimana hipotesis Kant diatas bahwa bumi kemudian mendingin di sebelah luar dan di luar masih sangat panas. Untuk meneliti kedalaman bumi cara yang terbaik adalah dengan mengebornya namun hal ini hanya mampu sampai pada kedalaman 5.00 meter sedangkan jari-jarinya 6.000.000 meter maka pemboran yang dilakukanpun hanya sis-sia saja.
Sesuai dengan majunya perkembnagn dan teknologi, dengan majunya penelitian gempa dapat meneliti secar tidak langsung tentang lapisan bumi, yang menggunakan alat yang disebut seismograf, menunjukan bahwa memang bagian bumi di dalamnya tidaklah homogeny melaikan adanya beberapa lapisan. Dalam istilah geografi lapisan batas itu adalah discontinyu. Lapisan yang paling luar adalah kedalaman 60 Km, kemudian pada kedalaman 1.200 Km dan 2.900 Km pada bagian paling dalam terdapat jari-jari 3.500 Km yang disebut dengan inti bumi (Barisfer).
Sedangkan Suess dan Wiechert pada tahun 1919 membagi lapisan bumi sebagai berikut:
1. Kerak bumi
Kerak bumi ini memiliki tebal 30-70 Km yang terdiri dari batuan basal dan acid.
2. Selubung bumi
Selubung bumi atau yang biasa disebut sisik silikat tebalnya 2.200 Km, massa jenisnya 3,6-4. Selubung bumi sam kerak bumi disebut Lithosfera.
3. Lapisan Chalkosfera
Lapisan ini memiliki tebal 1.700 Km, massa jenisnya 6,4 yang terdiri dari oksida besi dan sulfide besi.
4. Inti bumi
Inti bumi merupakan bola dengan jari-jari 3.500 Km massa jenisnya 9,6 terdiri dari besi dan nikel.
D. Data-data tentang bumi
Data-data bumi
Garis tengah : pada kutub, 12.714 km.
: pada khatulistiwa, 12.757km.
(jari-jari bumi, 6.378)
Keliling khatulistiwa : 40.000 km.
Jarak dari matahari : terjauh, 152 juta km, dan terdekat, 147 juta km.
Kecepatan berputar
mengelilingi matahari : 6.0000 k
inti 15.000.0000 k
Bintik-bintik 4.0000 k.
Tekanan : 400.109 atm. bumi
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bumi yang menjadi tempat tinggal kita semua mempunyai proses yang sangat panjang dalam kejadiannya. Ada dua teori yang menyebutkan proses terjadinya bumi ini yang pertama adalah teori dentuman atau teori ledakan sedangkan yang kedua adalah teori ekspansi dan kontraksi.
Bersamaan dalam proses pembentukannya bumi ini teryata tidaklah homogen, akan tetapi memiliki beberapa lapisan. Lapisan lapisan tersebut memiliki kedalaman yang berbeda-beda dan massa jenisnya. Lapisan-lapisan bumi dapat terdeteksi secara tidak langsung dengan alat pengukur gempa yaitu seismograf.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdullah. Rahma, Eni. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Mawardi. Hidayati, Nur. IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia. 2000.
0 komentar:
Posting Komentar